OSMB
PADI 2015 menorehkan sebuah sejarah penting kegagalan acara terbesar Faperta.
Kedua penyelenggara tak lagi sejalan. Kesepakatan yang sudah tercapai dalam
kedua rapat koordinasi tak ada lagi. Konsep mahasiswa dianggap tak sesuai
dengan Keputusan Dirjen Dikti Nomor 25/Dikti/Kep/2014. Keputusan tersebut
secara rinci memuat panduan kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa
Baru (PKKMB).
“Birokrat Penghianat”. Istilah
tersebut pun muncul setelah kesepakatan kedua penyelenggara OSMB dilanggar saat
kegiatan TM berlangsung. Puncaknya Senin (24/8) lalu, Panitia mahasiswa OSMB
PADI 2015 akhirnya memutuskan untuk Walk Out (WO) dari seluruh acara PKKMB
tersebut.
Wakil Dekan Bidang Akademik sebagai
Ketua Panitia PKKMB kemudian secara progresif melakukan perekrutan ulang
panitia mahasiswa khususnya untuk pendamping. Berbagai cara pun ditempuh.
Pendekatan hingga berbagai iming-iming
ditawarkan asal mahasiswa turut menjadi pendamping. Seakan tak berdaya,
mahasiswa yang ditawari pun tak sanggup menolak. Kegiatan PKKMB kini tetap
berjalan dengan konsep baru, dengan panitia birokrat dan pendamping baru.
Berdalih ingin menepati panduan dalam
SK Dikti, konten acara PKKMB diisi dengan berbagai macam materi akademik. Lalu bagaimana
dengan panitia mahasiswa? Permintaan maaf yang diwakili Dekan Faperta pun tak
sanggup meredam kekecewaan dan kemarahan mereka. Tak mau terlibat menjadi
keputusan yang tak dapat digugat. Mahasiswa yang direkrut ulang mau tak mau
menjalankan konsep acara PKKMB yang baru.
Mahasiswa seakan terpecah. WO hanya
dilakukan oleh panitia mahasiswa OSMB PADI. Sementara Hima-Unit dibebaskan
untuk menentukan sikapnya. Akibatnya beberapa Hima/Unit masih mengikuti
kegiatan PKKMB. Entah terpaksa atau tidak.
Maka ingatkah mahasiswa saat Manajemen Konflik yang menjadi
acara hari terakhir OSMB? Mahasiswa dipecah menjadi kedua kubu yang pro dan
kontra. Saling beradu pendapat tentang apa yang mereka yakini. Ya! Bukan
tentang benar atau salah, menang tau kalah. Dulu itu semua telah dikonsep rapi
oleh panitia untuk menguatkan kesatuan suara sebagai mahasiswa. Menguatkan
mahasiswa untuk dapat bertahan satu suara dalam konflik sebenarnya. Lalu apakah
ini yang dimaksud konflik dalam dunia yang nyata?
Oleh: Laeli Istiqomah
(Reporter LPM Agrica)
Harusnya mahasiswa nya kompak. Kan ada BEM yang merupakan perwakilan mahasiswa....
BalasHapussalam dari entrepreneur muda
Tangki Fiberglass