Dewasa ini, masyarakat Indonesia telah menyadari
pentingnya pendidikan. Perguruan tinggi sebagai puncak pendidikan menjadi
sebuah kebutuhan. Mulai dari Diploma, S1, S2, bahkan S3 pun kini menjadi impian
semua kalangan.
Perguruan tinggi dianggap ideal jika memiliki
jenjang yang lengkap. Tak
heran, terdapat 99 perguruan tinggi Indonesia berlomba – lomba mendaftarkan
program S3 ke Dikti. Namun,
tak semudah membalikan telapak tangan untuk melaksanakannya. Hal ini disebabkan
syarat terbaru Dikti mengenai Publikasi Internasional bereputasi untuk
mendirikan S3, minimal dua promotor. Oleh karena itu, hanya 17 perguruan tinggi
termasuk Unsoed, yang dinyatakan lolos oleh Dikti, “Banyak yang tidak memenuhi
syarat, sedangkan Unsoed sudah lebih dari dua Publikasi
Internasional Bereputasi,” ungkap Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S, Ketua Program S3 Ilmu
Pertanian (18/9).
S3 Ilmu Pertanian sudah direncanakan
sejak tahun 2009. Namun, adanya moratorium penghentian
program studi baru sempat menjadi
kendala. Tahun 2014 ini, Unsoed
ditunjuk oleh Dikti
untuk mendirikan program S3, “Kami
membalas surat Dikti siap mendirikan S3. Kemudian
kami menyiapkan dokumen–dokumen yang
diperlukan,” ungkap Suwarto.
Tim penilai
kelayakan berdirinya program S3 dari Dikti telah datang tanggal 1 September
2014 lalu. Tim tersebut berasal dari Universitas Syah Kuala dan Universitas
Hasanudin. Terdapat beberapa dokumen pendukung yang perlu direvisi ulang dan sudah
diperbaiki kembali. “Saat ini tinggal menunggu SK keluar, mungkin sekitar bulan
September atau Oktober 2014,” papar Suwarto. Program study basic untuk S3 Ilmu Pertanian pun sudah berakreditasi A.
“Untuk S1 Agribisnis dan Agroteknologi sudah berakreditasi A, jadi tidak ada
masalah,” jelas Dr. Ir. Sakhidin, M.P., Ketua S2 Agronomi (17/9).
Berbagai persiapan pun
mulai digencarkan menyambut S3 Ilmu Pertaian. Baik dari segi sumberdaya manusia
maupun fasilitas pendukungnya. Tenaga pengajar yang terdiri dari enam profesor dan 25 Doktor sudah
disiapkan untuk mengajar S3, “Pengajar S3, ya minimal S3,” terang Suwarto. Fasilitas pendukung seperti laboratorium riset, ruang kuliah, dan perpustakaan pun tak
luput dari persiapan. “Ruang kuliah bisa di pasca sarjana. Tidak menutup
kemungkinan pertanian mempunyai gedung pasca sarjana,” ujar Suwarto. Saat ini,
selain ruang kuliah yang belum tersedia, kendala lainnya terdapat pada anggaran
dana. “Anggaran dana untuk S3 tahun 2014 belum ada. Kemungkinan Januari 2015
akan dibuka,” tambah Suwarto.
Mahasiswa S3 Ilmu
Pertanian nantinya harus mengambil SKS tergantung dengan bidang yang ditempuh saat
S2. “Terdapat 72 SKS untuk Ilmu yang sebidang dan 82 SKS yang tidak sebidang
dengan S2 yang telah diambil,” tutur Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P., Penyusun
Kurikulum S3 Ilmu Pertanian (19/9). Ada dua mata kuliah wajib dan dua mata
kuliah kepeminatan di dalamnya. Mata kuliah kepeminatan tersebut meliputi Pemulian
Tanaman, Agronomi, Hortikultur, Agroekologi, dan Hama Penyakit Tanaman. “Jika
peminatan agronomi maka nanti mengambil 2 mata kuliah yang ditawarkan agronomi,”
terang Suwarto.
Pengumuman resmi mengenai
S3 Ilmu Pertanian sendiri urung dilaksanakan, “Publikasi baru sebatas dari
mulut ke mulut, nanti kalau SK sudah turun akan buat leaflet dan web,” tutur
Suwarto. Kendati demikian, tidak sedikit mahasiswa Universitas lain yang
menanyakan kepastian realisasinya. “Banyak teman–teman
dari luar Unsoed
juga mau melanjutkan S3 disini, misalnya
Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Universitas Tidar Magelang,” terang Sakhidin.
Bakhtiar, Mahasiswa
S2 Agronomi, berpendapat positif mengenai rencana pendirian S3 Ilmu Pertanian,
“Sangat setuju dengan adanya S3 di Faperta. Ini kan termasuk fasilitas. Semakin
banyak fasilitas, semakin bagus,” ungkapnya (19/9). Bakhtiar berharap bahwa S3 ini bisa secepatnya terealisasi. “Ya
secepatnya saja, lebih cepat lebih baik,“ pungkasnya. (Putri/Fika)
Posting Komentar
Silahkan berkomentar di situs persma-agrica.com